Jumat, 04 Februari 2011

Robo’-Robo’ 2011, Rahmad Satria Dianugerahi Gelar Pangeran






Ketua DPRD Kabupaten Pontianak, H. Rahmad Satria, SH, MH, Rabu (2/2) malam, dianugerahi gelar kehormatan Pangeran Nata Laksana dari Keraton Amantubillah oleh Raja Mempawah, Pangeran Ratu Mulawangsa, Dr. Ir. Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim, M.Sc.

Sebelum penganugerahan gelar, Rahmad Satria terlebih dahulu mengikuti ritual yang dikenal dengan istilah Toana, sehari sebelum puncak Peringatan Robo’-Robo’ di Kuala Mempawah. Melalui ritual Toana itu, Rahmad Satria bersama empat orang penerima gelar lainnya, kemudian dikukuhkan oleh Pangeran Ratu Mulawangsa.

Sebelum dianugerahi gelar, calon penerima anugerah terlebih dahulu melaksanakan ritual toana dan memakan sejumlah jenis makanan yang sudah disiapkan, di antaranya telur, nasi pulut, ikan, tiga macam pisang, air kelapa, dan mengunyah sirih. Setelah itu, calon penerima anugerah menghadap Raja untuk menerima gelar dan memperoleh piagam pengesahan.

Acara penganugerahan ini merupakan salahsatu rangkaian prosesi perayaan Robo-Robo yang digelar dalam rangka mengenang napak tilas kedatangan Opu Daeng Manambon ke Mempawah.

Acara penganugerahan pada malam itu, dihadiri juga oleh istri Pangeran Ratu Mulawangsa, yakni Sinuhun Ratu Kencanawangsa, Dr. Ir. Arini Mariam, M.Sc, keluarga besar Kerajaan Mempawah dan pejabat Pemkab Pontianak dan raja-raja baik nusantara maupun negara tetangga.

Acara penganugerahan gelar pada malam itu juga dimeriahkan dengan peluncuran website resmi kerajaan Mempawah yaitu www.kerajaanmempawah.com. Situs ini memuat sejarah berdirinya Kerajaan Mempawah.

Seminar Nasional Budaya, Gebrakan Sejarah Ditorehkan DPRD




Sebuah gebrakan sejarah ditorehkan DPRD Kabupaten Pontianak. Lembaga wakil rakyat itu menggelar Seminar Budaya Kabupaten Pontianak, siang kemarin. Seminar berstrata nasional itu mampu menciptakan nuansa berbeda pada peringatan Robo’-Robo’ tahun ini.

Ada lima narasumber yang hadir, yakni Pangeran Ratu Mulawangsa, Dr. Ir. Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim, M.Sc, Sinuhun Ratu Kencana Wangsa, Dr. Ir. Arini Mariam, M.Sc, Dato Sri Paduka Astana, Johanes Robini Marianto, O.P, Pangeran Nata Waskita, Mahyudi Al Mudra, SH, MM, dan Bupati Pontianak, Drs. H. Ria Norsan, MM, MH.

Seminar yang mengambil tema “Melalui Seminar Budaya Kita Tingkatkan Pariwisata Kabupaten Pontianak” ini, dimoderatori dengan apik oleh Ketua DPRD, H. Rahmad Satria, SH, MH.

Materi pertama tentang Pembangunan Kampung Wisata Adat Budaya Kraton Amantubillah disampaikan oleh Sinuhun Ratu Kencana Wangsa, Dr. Ir. Arini Mariam, M.Sc.

Selanjutnya, Pangeran Ratu Mulawangsa, Dr. Ir. Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim, M.Sc, mengakui perlunya sebuah payung hukum yang mengatur tentang pengembangan wisata budaya di Kabupaten Pontianak khususnya di Kraton Amantubillah.

“Melalui payung hukum berbentuk peraturan daerah itu, kita bisa menjadikan kawasan Pulau Pedalaman yang merupakan lokasi Kraton Amantubillah sebagai tujuan wisata berbentuk kawasan adat,” ujarnya.

Sementara itu, Pangeran Nata Waskita, Mahyudi Al Mudra, SH, MM, melalui materi tentang Warisan Budaya dan Pelestariannya, mengemukakan pelestarian budaya ada dua macam yaitu secara pasif dan aktif.

“Pelestarian budaya memberi banyak manfaat, selain untuk mengetahui, memahami dan menghargai prestasi nenek moyang, juga bisa menjadi sumber inspirasi membangun masa depan yang lebih baik tanpa mengulangi kesalahan masa lalu,” ungkap Pemangku Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu/BKPBM serta Pimpinan Umum MelayuOnline.com ini.

Dato Sri Paduka Astana, Johanes Robini Marianto, O.P, pada kesempatan sama menyampaikan tentang pluralisme yang sudah diterapkan beberapa negara di dunia. “Untuk Mempawah, Kraton Amantubillah sudah sejak lama menerapkan pluralisme di kehidupan sehari-harinya, bahkan dari sebelum Indonesia merdeka,” ucapnya.

Sedangkan Bupati Ria Norsan, mengakui hingga saat ini Kabupaten Pontianak belum memiliki suatu ikon yang bisa menjadi identitas daerah. “Kita perlu sesuatu yang bisa menjadi ikon daerah dan kelak bisa menjadi cinderamata bagi wisatawan. Hal ini perlu kita pikirkan dari sekarang,” katanya.

Meski belum memiliki ikon, Bupati Ria Norsan menyatakan Kota Mempawah kini bisa sedikit berbangga hati dengan adanya Wisata Nusantara di Desa Penibung. “Sekarang anggapan Kota Mempawah sebagai kota “buang air kecil” sudah mulai hilang, karena adanya tujuan wisata seperti Wisata Nusantara. Ini jelas menjadi salahsatu kebanggaan bagi daerah kita,” pungkasnya.

LDK di Pasir Panjang II, Siapkan Pemimpin Masa Depan






Pemahaman yang mudah dicerna dan menarik tentang teori kepemimpinan yang disampaikan Ketua Kwarcab Kabupaten Pontianak, H. Rahnad Satria, SH, MH, Mudjiono, dan beberapa pembina pramuka lainnya, mampu menarik antusiasme peserta Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) di Pantai Pasir Panjang II, Kota Singkawang.

LDK yang digelar selama tiga hari itu dan resmi berakhir sore kemarin, memberi banyak pengetahuan bagi para anggota pramuka penegak dan pandega tentang kepemimpinan, berorganisasi, dan kedisiplinan.

“Seorang pemimpin harus mau juga dipimpin. Menjadi pemimpin itu tidak mudah, berbeda dengan manajer,” kata Rahmad Satria yang didampingi Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan Cabang (Pusdiklatcab) Gerakan Pramuka, Mudjiono, di hadapan para peserta LDK.

Rahmad lantas menjelaskan, pelatihan dasar yang diberikan ini selain bertujuan untuk memberikan bekal kepemimpinan kepada anggota pramuka yang nantinya akan menjadi pemimpin di masa depan, juga untuk mempersiapkan peserta agar mampu menyelesaikan masalah di segala medan walau dalam keadaan mendesak

“Di antara adik-adik pasti ada yang akan menjadi pemimpin, meski untuk tingkatan paling kecil yaitu pemimpin keluarga. Sikap disiplin dan tegas harus senantiasa ditanamkan dalam diri kita semua,” jelasnya.

Sedangkan Kak Mudjiono mengatakan, LDK ini diselenggerakan sebagai upaya untuk lebih meningkatkan motivasi dari peserta sebagai pemimpin. “LDK ini adalah untuk menumbuhkembangkan jiwa kepemimpinan, menjadikan organisasi yang selalu berkembang dan menjadi lebih baik dan lebih baik lagi di masa-masa mendatang,” ucapnya.

Selama mengikuti LDK, anggota pramuka selain diberikan teori, juga dilaksanakan praktik lapangan seperti out bond, mountaineering, rapling, dan pelatihan SARS. Suasana pelatihan pun dibuat menyenangkan, karena dilakukan di tepi pantai dan diselingi permainan kekompakan yang menarik

Walau ada peserta yang mengaku LDK cukup melelahkan, tapi berkat pengarahan instruktur yang menarik dan kegiatan di lapangan yang seru, membuat mereka mendapatkan pengalaman berharga yang tidak bisa ditemukan setiap saat.